Kongres ilmiah secara virtual saat pandemi

Nampaknya, hampir semua kegiatan rutin kita berubah semenjak pandemi. Mulai dari bekerja, beribadah, belajar, berolahraga bahkan sampai dengan urusan perut, yaitu makan dan minum. Kecuali, urusan perut lainnya, yaitu BAB dan BAK yang tidak berbeda jauh. Hmmmm …. kalau diteliti ada bedanya mungkin ya, terutama perilaku cuci tangan dan menggunakan toilet umum.

Bagi yang bersekolah atau yang dunianya tidak jauh-jauh dari acara ilmiah, sarana untuk belajar, menimba ilmu (kata menimba kok jadul banget ya…) dan berinteraksi juga bertransformasi menjadi virtual. Salah satunya adalah acara rutin yang diselenggarakan oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia). Tahun ini, kegiatan Seminar Nasional XVII, Seminar Tahunan XIV Patient Safety, INA-Hosp Fair I PERSI 2020 diselenggarakan secara virtual mulai 26 Oktober sampai dengan 1 November 2020.

banner semnasvir persi20
Edaran PERSI tentang Seminar Nasional XVII, Seminar Tahunan XIV Patient Safety dan INA-HOSP Fair tahun 2020

Untuk dapat mengikuti kegiatan tersebut, peserta harus mendaftarkan diri di situs PERSI Virtual Event

Landing page PERSI Virtual Event

Ada dua jenis tiket. Yang pertama, gratis, untuk mengikuti seminar, industrial symposia dan pamerah virtual dari berbagai sponsor. Tiket yang kedua, berbayar untuk mengikuti beragam workshop. Terdapat 10 workshop yang dapat dipilih.

Saat ini, tim PERSI sedang menyosialisasikan kegiatan ini. Nampaknya memang tidak mudah. Harian Kompas edisi Minggu 18 Oktober kemarin juga mengulas tantangan penyelenggaraan virtual event.

Tantangan Meramaikan Pameran Virtual (Kompas Minggu 18 Oktober 2020)

Acara virtual ini akan menjadi pengalaman belajar yang istimewa bagi PERSI, karena baru pertama kali menyelenggarakan. Pengalaman PERSI dalam menyelenggarakan acara virtual tersebut bisa menjadi sumber belajar yang berharga bagi berbagai institusi yang akan menyelenggarakan kegiatan serupa.

Prospek kongres ilmiah virtual

Ketika status pandemi belum dicabut, acara virtual seperti itu kemungkinan akan banyak diselenggarakan. Pasca pandemipun, acara tersebut bisa menjadi alternatif, jika banyak bukti menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan ilmiah dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

(A) Flowchart of planning and logistics activities for a webinar series. Adapted from Fadlelmola et al (2019). (B) Graphical representation of content for a traditional onsite congress and an online web-meeting. Owing to the advent of new technologies and pushed by the COVID-19 emergency, a hybrid webinar congress can be planned. Sumber: Porpiglia, Francesco, et al (2020)

Dalam opini yang dimuat di jurnal European Urologi dengan judul Traditional and Virtual Congress Meetings During the COVID-19 Pandemic and the Post-COVID-19 Era: Is it Time to Change the Paradigm? Porpiglia dkk menuliskan:

We hope that by the end of the COVID-19 emergency, we will enjoy a new reality in which technology and sociality go together in order to offer a more engaging and adaptable scientific congress experience, allowing more flexible and dynamic use of content, modulated to the needs of each attendee.

Porpiglia, Francesco, et al. “Traditional and Virtual Congress Meetings During the COVID-19 Pandemic and the Post-COVID-19 Era: Is it Time to Change the Paradigm?.” European Urology (2020).

Selamat datang era baru berkongres ilmiah

Continue Reading

Menanti hadirnya regulatory sandbox untuk inovasi kesehatan digital

Saat ini sampai dengan akhir tahun 2021 mendatang, saya terlibat dalam tim penelitian yang dipimpin oleh dr. Elsa Herdiana, Ph.D dari Pusat Kedokteran Tropis UGM tentang tata kelola e-diagnostik malaria. Salah satu inovasinya adalah mencoba menerapkan regulatory sandbox untuk beragam inovasi digital pada program eliminasi malaria. Penelitian ini didanai oleh Rispro LPDP bekerja sama dengan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemenkes, Dinkes Provinsi DIY, UNICEF dan Asosiasi Healthtech Indonesia.

Serangkaian FGD telah dilaksanakan untuk memahami program eliminasi malaria yang berjalan saat ini melibatkan perwakilan fasilitas pelayanan kesehatan, dinas kesehatan, ahli malaria, development partner sampai dengan para pelaku inovasi kesehatan digital. Seminar daring tentang telemedicine dan artificial intelligence yang terkait dengan program malaria juga pernah dilaksanakan.

Seminar daring yang juga sangat menarik adalah mengenai regulatory sandbox yang menghadirkan pembicara dari Kementerian Kesehatan Singapura dan Otoritas Jasa Keuangan.

Pentingnya regulasi inovasi kesehatan digital juga telah dimuat di Media Indonesia.

Kini, tim sedang mempersiapkan model regulatory sandbox bersama-sama dengan Subdit Malaria di Direktorat PPPTVZ. Kami berharap inovasi ini bisa mulai dijalankan pada bulan Januari 2021. Sambil mempersiapkan, saya juga membuat video tentang regulatory sandbox yang saya siapkan untuk mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKKMK UGM dalam perkuliahan Informatika Kesehatan.

Semoga semuanya berjalan lancar.
Aamiin.

Continue Reading