Jejak riset FK UGM di Pubmed: fokus ke area mana?

Fakultas Kedokteran UGM (eh sekarang namanya berubah menjadi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan) sudah tidak diragukan lagi memiliki keunggulan dalam bidang riset.  Hal ini tidak lain untuk mencapai misi Fakultas untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian dan pelayanan yang unggul, berlandaskan kearifan lokal, etika, profesionalisme dan kelimuan berbasis bukti. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah dimanakah tingkat keunggulan tersebut? Pada riset apa sajakah keunggulan tersebut berada?

Ini sekedar iseng-iseng saja untuk menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu ujung dari dari setiap riset adalah publikasi. Muara terakhir adalah kemanfaatannya bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya. Pada bagian ini, ukuran yang sering dipakai adalah adopsi hasil riset dalam berbagai produk, misalnya industri, kebijakan publik sampai dengan pelayanan. Sebelum sampai pada tahap aplikasi, sering pula diukur dengan terdaftarnya HKI(hak atas kekayaan intelektual) ataupun paten. Jika melihat dari sudut publikasi, kacamata yang sering digunakan seringkali adalah berapa banyak sitasi yang sudah dilakukan terhadap publikasi tersebut, atau jurnalnya memiliki reputasi atau tidak.

Sebenarnya, kalau pas lagi niat, bisa saja ngukur sitasi publikasi dari FK UGM berapa, atau jurnal yang mempublikasikan reputasinya seperti apa. Di Scopus data tersebut tersedia. Tetapi, ini karena memang hanya iseng-iseng saja, saya menggunakan media yang lain yaitu Pubmed dan VOSViewer. Pubmed, seperti diketahui merupakan gudangnya jurnal kesehatan dan kedokteran. Gudang ilmu kesehatan dan kedokteran terbesar di dunia. Faedahnya banyak. Nah, di Pubmed dicari semua artikel yang memuat kata “gadjah mada” atau “sardjito”. Kata Pubmed ada sekitar 800-an. Hasil pencarian tersebut kemudian disimpan dalam format MEDLINE. Selanjutnya, file tersebut diolah menggunakan VOSViewer. Di sini, dipilih analisis kemunculan kata kunci (co-occurence).  Pubmed memiliki basis data kamus yang sangat terinci dan terstruktur yang disebut dengan MeSH (Medical Subject Heading). Ada sekitar 2 ribuan kata kunci yang tercatat berasal dari publikasi di lingkungan UGM dan Sardjito. Karena jumlah tersebut sangat banyak, kemudian difilter berdasarkan kata kunci yang paling sering muncul. Selain itu, kata kunci yang umum (seperti Indonesia, human dan animals) dan juga kelompok umur dihilangkan. VOSViewer selanjutnya akan memvisualisasikan kelompok (cluster) kata kunci seperti pada gambar di bawah ini.

Kata kunci yg paling sering digunakan dalam publikasi dari FKUGM di Pubmed

 

Dalam gambar tersebut, terdapat 8 cluster utama riset kesehatan dari UGM. Dalam roadmap FK UGM terdapat dua fokus prioritas riset, yaitu 1)kebugaran, penuaan dan gaya hidup sehat serta 2)teknologi intervensi medik dan kesehatan masyarakat. Riset pada fokus 1 berupaya memahami mekanisme yang mendasari masalah kebugaran, penuaan dan gaya hidup. Sedangkan fokus 2 berupaya untuk mengidentifikasi teknologi-cara baru dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan penyakit pada pasien dan intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Jika dibandingkan dengan roadmap tersebut, nampaknya jejak riset FK UGM masih lebih banyak di fokus yang kedua. Ayo semangat, perbanyak riset pada bidang kebugaran, penuaan dan gaya hidup sehat.

Continue Reading

Menerka adopsi SIMRS

Sebelum program kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional bergulir, saya pernah menghitung jumlah rumah sakit yang telah menerapkan SIMRS. Sumber data yang digunakan adalah basis data registrasi rumah sakit yang dikelola oleh Bagian Program dan Evaluasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes. Pada tahun 2013, baru sekitar 740 rumah sakit yang telah menggunakan SIMRS, atau sekitar 30%. Kini (2017), jumlah rumah sakit yang menerapkan SIMRS sudah meningkat dua kali lipat, pada angka 1423 dari total 2734 di Indonesia . Meskipun secara proporsi menjadi lebih besar, yaitu 52%,namun secara jumlah ternyata masih banyak RS yang belum menggunakan SIMRS.

Peningkatan jumlah RS yang menggunakan SIMRS sangat terkait dengan kemajuan penerapan program JKN. Saat ini, peserta BPJS Kesehatan masih di kisaran angka 180an juta (atau pada kisaran 70-an %). RS yang menjadi mitra BPJS Kesehatan saat ini berjumlah 2033 (sekitar 75% dari seluruh rumah sakit). Memiliki SIMRS merupakan salah satu syarat agar RS dapat diterima sebagai mitra BPJS Kesehatan. Jika dibandingkan dengan angka dari Ditjen Pelayanan Kesehatan, terdapat gap sekitar 600.  Pada Sistem Nasional Akreditasi Rumah Sakit yang mulai diberlakukan tahun 2018, keberadaan SIMRS juga menjadi salah satu ukuran. Pertanyaan besarnya adalah, kalau kita akan menerka seberapa jauh adopsi SIMRS di Indonesia, angka mana yang akan digunakan dari ketiga opsi di bawah ini:

  • RS yang sudah bermitra dengan BPJS Kesehatan
  • Basis data registrasi online RS di Ditjen Yankes
  • Data RS terakreditasi menggunakan SNARS dari KARS

Jika hasilnya memang berbeda-beda, itulah Indonesia.

 

 

Continue Reading